Judul
Buku : 123 Ayat Tentang Seni
Penulis : Yapi Tambayong
Penerbit
: Nuansa Cendekia, Bandung, Agustus 2012, 298 halaman
|
Situasi seni Indonesia saat ini berada pada posisi sesat nalar.
Banyak istilah-istilah kesenian yang keliru berseliweran diantara penyair dan
masyarakat awam. Kekeliruan penggunaan istilah ini mengakibatkan pemahaman yang
rancu soal seni. Ironisnya kekeliruan ini bersumber dari buku-buku yang menjadi
referensi banyak orang, salah satu buku itu adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Parahnya lagi, kekeliruan itu diwariskan lembaga pendidikan melalui
tuturan para pengajar mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Seni
Indonesia saat ini juga masih memosisikan diri sebagai inlander. Pengalaman
sebagai bekas bangsa jajahan menjadikan kita kerap minder pada seni dan kebudayaan
sendiri. Pada benak kita, seni dan kebudayaan barat lebih unggul dan lebih
paripurna.
Kondisi kritis tersebut membuat Yapi Tambayong mengambil tindakan.
Melalui buku berjudul 123 Ayat Tentang Seni, Yapi mencoba meletakan kembali
pondasi-pondasi mengenai seni. Ia memaparkan lima bagian seni, yaitu susastra,
musik, drama, rupa dan film dalam bentuk ayat yang masing-masing berisi 123
ayat. Seperti do-re-mi dalam tangga nada, 123 berarti juga muasal. Tiap-tiap
ayat terdiri dari satu paragraf yang menjelaskan satu perihal. Seperti yang
dipaparkan Yapi dalam kata Pengantar, buku ini adalah “buku yang menyajikan
pengertian asasi kepelbagaian kesenian dalam ladang bahasan keindahan yang
menyeluruh namun mufrad.”
Penulis buku ini, Yapi Tambayong, yang lebih kita kenal dengan sebutan Remy Sylado. Ia pertama kali memulai karier sebagai wartawan. Yapi yang menguasai beragam bahasa ini mulai dikenal luas dengan berbagai novelnya, diantaranya Ca Bau Kan, Kembang Jepun, Sam Po Kong dan Paris van Java. Selain pada bidang sastra, Yapi banyak berkiprah dalam keempat bidang lain yang ia bahas pada buku ini. Ia banyak menulis buku-buku mengenai musik, drama, seni rupa dan membuat berbagai filmografi. Salah satu filmografi karya Yopi yang terkenal berjudul Taksi yang ia buat pada 1990.
Selain membuat karya, Yapi juga dikenal aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta. Sejak 1970 ia mengajar di Akademi Sinematografi Bandung. Ia juga mengajar di Institut Teater dan Film, dan Sekolah Tinggi Teologi.
Melihat kiprahnya yang sudah malang-melintang di dunia seni, baik sebagai praktisi maupun pakar, memang sudah saatnya Yapi membuat satu karya utuh dari pemahaman yang berbeda mengenai seni. Pada 123 Ayat Tentang Seni, tak hanya memaparkan wacana, tapi sekaligus kritik wacana dengan menerobos pakem-pakem seni yang selama ini ada. Meski ilmiah, gaya bertutur Yapi membuat buku ini enak dibaca oleh kalangan manapun.
0 komentar: